Kamis, 07 November 2013

SI BADUT

Air mata yang perlahan menghapus riasan putih
jatuh turun perlahan menuruni bulatan merah di pipinya
mengungkap kulit sawo matang dibalik nya
kemudian, tetes-tetes itu mulai turun dekat bibir merahnya
Namun, tertahan oleh senyum yang masih merekah cerah

Adakah mentari masih bersinar
sementara awannya telah gelap kelabu?
Tapi sang pelangi akan masih terus mencoba 
menenangkan bumi yang gemetar karena guntur dan badai

Adakah kebahagiaan masih menetap
dibalik rias putih seorang badut yang menangis?
Tapi senyumannya, tawanya, bukanlah untuknya
melainkan untuk anak-anak yang mengelilinginya?

Adakah keceriaan masih bertahan?
Sementara kita terus menerus menuntut,
seakan haus akan kebahagiaan
Sementara kita terus saja menangis,
abaikan senyum, muliakan pilu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar