Hari Raya Idul Adha dimanfaatkan para pejual hewan kurban musiman
untuk menawarkan hewan kurban kepada calon pembeli dengan harga yang
kompetitif sesuai dengan kualitas dari hewan kurban tersebut. Namun
bagaimana bila ada hewan kurban yang masih tersisa karena tidak laku
dijual?
Abdul Khofur (46), salah satu penjual hewan kurban
di Jalan Bangka Raya, Jakarta Selatan mengatakan bila ada hewan kurban
miliknya yang tidak laku dijual, biasanya dia akan menitipkan
hewan-hewan kurban tersebut di kampung halamannya di Tegal, Jawa Tengah
untuk dipelihara atau diternakan kembali.
"Jadi saya bawa ke sana, saya titipkan lagi tetangga yang mau mengurus kambing atau sapi yang sisa itu," ujarnya saat ditemui Liputan6.com di Jakarta, Selasa (15/10/2013).
Pria
yang sehari-hari membuka usaha warung makan ini menjelaskan, untuk
penitipan ini biasanya ada dua sistem, yaitu dititipkan dengan biaya
langsung atau dengan metode bagi hasil saat laku dijual nantinya.
"Kalau
biaya itu biasanya ongkos titip dan perawatannya itu sebesar Rp 30 ribu
per bulan. Tapi kalau bagi hasil, misalnya saat ini harga kambing Rp 2
juta, setelah titip kemudian laku dijual Rp 2,5 juta, nah untung Rp 500
ribu itu dibagi dua," jelasnya.
Namun hal berbeda dilakukan oleh
Amrin (37) penjual hewan kurban di daerah Kemang, Jakarta Selatan. Dia
mengaku bila hewan-hewan kurban tersebut tidak laku dijual untuk hari
raya kurban, maka dia memilih untuk dijual kembali hewan tersebut ke
pasar agar modalnya bisa kembali lagi.
"Kalau saya karena memang
tidak tahu harus dikemanakan, jadi biasanya saya jual ke pasar.
Hitung-hitung biar uang modalnya balik lagi, tapi cuma sedikit kok yang
enggak laku, paling 1-2 kambing," tandasnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar